23 September 2011

Menjadi yang Aneh, Siapa Takut?

Menjadi muslimah yang memasuki dunia kerja

Gak ada yang aneh memang dengan kalimat di atas. Tapi coba kalau ditambahin dengan kata-kata :

Menjadi muslimah (yang berusaha) istiqomah yang memasuki dunia kerja

itu baru tantangan,setidaknya menurut saya pribadi begitu.

Zona dunia kerja memang jauh berbeda dengan dunia perkuliahan ,warning yang jadi wacana semasa jadi mahasiswa dulu memang terbukti adanya. Lingkungan kampus yang walopun heterogen tapi masih aman membuat kita jadi leluasa berkehendak n 'berekspresi'.Gak ada yang ngelarang kita mau begundalan atau jadi alim sejagat, paling cuma dapet cibiran-cibiran angin lalu saja, idealisme tak goyah soalnya temennya banyak juga :) :). Lain halnya dengan ranah dunia perkantoran yang penuh intrik,prestige n problematika di dalamnya (euh jiga sinetron weh). Yang mengharuskan pelakunya mampu survive,berkompetisi kalau tidak mau gagal melewati saringan alam.

Di lain hal,memasuki dunia profesi yang sesuai dengan bidang yang kita geluti dan minati pasti menjadi suatu kepuasan tersendiri. Setidaknya kita bisa bilang begitu karena ilmu yang kita tebus mahal-mahal selama ini kepake juga buat mengais rejeki.  :P :P. Tapi bagaimana ketika prinsip yang udah kita pegang teguh selama masa perkuliahan ternyata goyah karena kondisi lingkungan di dunia kerja? sayang sekali bukan.

Ehm, saya mau berbagi pengalaman ,suatu waktu, di kali pertama saya diajak meeting sama atasan saya di kantor apartmen di daerah Sudirman, Jakarta.Di perjalanan menuju ke sana, atasan saya  mulai cerita seputar bahasan pekerjaan ini dan itu, hingga sampai di topik tentang tanggapan pribadi atas kinerja dan penampilan saya..iyah penampilan. Kondisi atasan saya yang noni mungkin agak aneh dengan setelan 'akhwat' saya ini hohooho... yah jangankan noni, yang muslim aja kadang protes n bertanya-tanya kok.

Jadi atasan saya mulai bercerita, bahwa desainernya yang dulu bekerja di kantor itu, juga muslim,wanita muda seperti saya. Tapi dia itu kalo kemana-mana masih mau pake celana jins, kerudung trendi yang diiket2 (katanya) n bajunya tetap panjang n sopan. Jengjeeeng.... tapi semua berubah ketika negara api menyerang -____-'.. ahhaha bukan itu ding, jadi maksudnya, kenapa kok saya gak bergaya seperti itu saja? biar enak juga kalo ketemu klien nanti.

*oh jadi perempuan yang pake rok panjang n baju gombrong plus jilbab kegedean wara wiri di perkantoran n berstatus desainer itu selama ini dikatakan aneh oleh mereka n gak enak dilihat?"* cuma membatin.

Saya sebelumnya sudah mengira lontaran ini akan terjadi juga kepada saya (atau kepada muslimah2 yang sedang berusaha istiqomah di dunia kerja). Lantas atasan saya melanjutkan 'masukannya' tadi, "Yah itu balik lagi ke kamu Riz, sekali lagi saya memang gak tau agama kamu ngajarin yang sebaiknya gimana, saya cuma ngasih masukan aja loh ya".. Di saat itu Saya cuma bisa bilang, "Makasih Pak, memang saya sudah terbiasa begini n lagi berusaha untuk menjalani apa yang saya pahami dari ajaran agama saya". Atasan saya cuma ngangguk, dan nampaknya gak mau meneruskan topik sensitif ini. Tapi di balik itu, saya masih membaca ketidaksetujuannya terhadap penampilan saya.

Sekelumit kisah di atas bisa jadi juga dialami teman-teman saya yang lain dalam kondisi dunia kerjanya masing- masing. Tidak melulu dari sisi penampilan, bahkan ketika kita ingin melakukan amalan harian di kantor pun masih saja banyak yang 'melirik tajam'. Ehm jauh beda memang kalo kita bekerja di kondisi yang sudah 'terjaga' lingkungannya. Menjadi pekerja apalagi di ibukota,kata orang-orang yang sudah mengalaminya memang berat. Mesti mengkondisikan diri dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan gaya hidup manusia perkantoran padahal masih gak sejalan pula dengan keadaan finansial :)). Namun bertahan untuk tetap istiqomah saya rasa lebih butuh perjuangan lagi. Tetap melebur, tapi tak terwarnai.

Salah satu cara untuk tetap bertahan dengan gempuran 'serangan; tadi ialah dengan tetap senantiasa mengamalkan tarbiyah dzatiyah (pendidikan diri). Dimanapun kondisi,waktu dan tempatnya, 'paksakan' diri untuk menginvestasikan waktu pada hal - hal yang bermanfaat, melakukan ibadah wajib tepat waktu n amalan sunnah, senantiasa menghadiri majelis ilmu,serta tetap bersilaturahim dengan orang-orang shaleh. Memang, langkah ini tak seringan dulu, makin banyak cobaan, waktunya habis tersita buat di kantor, makin ekstrem dibilang aneh kalo gak sejalan dengan kondisi yang ada, tapi kalo ada motivasi akhirat di balik segala kegiatan kita Insya Allah semuanya terasa mudah n menjadi sesuatu. -~_~- sama-sama mencoba nyuk aah...

Finally, impian saya punya biro konsultan sendiri yang terjaga n diisi sama orang-orang berskill n berakhlak mulia kayak novel diorama Sepasang Al Banna makin menggebu-gebu, kita tunjukkin deh pada dunia bahwa perempuan juga bisa beradikarya dengan tetap menjaga identitasnya sebagai muslimah sejati. *cihuy*


6 komentar:

Anonim mengatakan...

ninggalin jejak dulu, belum sempat baca :p

oryza mengatakan...

sile Pak cik,ditunggu komennya habis dibaca yah :P

Aditia mengatakan...

aamiin...keren nih cita2nya. And keep your spirit UP ya sis...

oryza mengatakan...

makasih,,semangaat bercita2 jugaaa untuk masbroo!!<(^^)/

An mengatakan...

keep ISTIQOMAH, mbakq sayangg...
saya juga belajar untuk ISTIQOMAH ^___^
* like this deh, tulisannya

oryza mengatakan...

alhamdulillah... keep istiqomah juga ya sis, may Allah bless us :*