29 Oktober 2009

Pornografi dan Kekerasan Naruto: Favorit Bagi Anak-Anak

 Sekarang, ini anak-anak mana yang tak mengenal Naruto? Tokoh komik dan film animasi ini (bahasa Jepangnya manga dan anime) sangat populer di kalangan anak-anak. Mereka menggandrunginya, seperti halnya Shinchan beberapa waktu lalu.
Namun sama seperti Shincan—dan notabene film dan novel asal Jepang lainnya, Naruto mengandung banyak sekali muatan pornografi dan kekerasan.

Jika situasi adegan menjadi benar-benar panas, para karakter di seri Naruto tidak jarang mengatakan “Damn!” (sialan, brengsek) dan “Bastard” (bajingan). Kedua kata ini memiliki makna yang kasar dalam bahasa Inggris.

Kekerasan mungkin yang paling kuat tentang Naruto. Menimbang bahwa Naruto adalah sesuatu yang diperuntukkan bagi anak-anak, jumlah kekerasannya sangat mengejutkan. Walau memang seri Naruto bercerita tentang Ninja, sehingga ada penggunaan seni bela diri kiri dan kanan, namun tingkat kekerasannya sangat melimpah. Ada banyak perkelahian dengan senjata tajam, dan banyak darah. Perkelahian itu bahkan menakutkan, dan cukup intens. Jelas bukan sesuatu yang sehat untuk anak-anak. Sedangkan adegan-adegan porno Naruto misalnya, dalam film kartun tersebut ada adegan Naruto sedang minum minuman keras, dikelilingi lima perempuan setengah telanjang. Lalu, Naruto yang sedang mabuk berkata; "Serasa di surga." Kartun Naruto juga memuat adegan berciuman dan adegan ranjang. Dalam Naruto juga ada adegan ia tengah mandi dengan seorang perempuan seksi dengan hanya mengenakan baju mandi yang sangat mengundang.Yang memprihatinkan, komik Naruto menempati urutan teratas yang dikonsumsi anak-anak.

Jadi, hati-hati jika membiarkan anak Anda menonton atau membaca Naruto. Lebih baik, pikirkan seribu kali sebelum mengizinkan mereka mengonsumsinya. (sa/berbagaisumber)

21 Oktober 2009

Narsis Dulu Ahhh

Narsis Dulu Ahhh

Three names I go by (besides given name)
1. Jaajaa..Jaaaak....
2. Anjang
3. Adek (like this hahaha)

4. Ye mama

Three Jobs I have had in my life

1. CEO Loetcu (my business handicraft in SMA)
2. Writer in Campus Mag
3. Drafter in Interior Consultant

Three Places I have lived
1. Surabaya
2. Batam
3. Bandung

Three Songs You Can't Stop Singing
1. Merah Saga
2. Princess Hours Ost - A Dancing Teddy
3. Lagu gerobak Susu Murni Nasional

Three Favorite drinks
1. Teh anget
2. Air putih dingin
3. Bajigur

Three TV Shows that I watch
1. News (with Jeremy Teti hohoho)
2. Acara Masak2
3. Opera van Java

Three places I have been (the 3 I liked most)
1. Madiun i'm lovin it
2. KL
3. Lombok

Three Places I want to go & have never been:
1. Korea oh Korea
2. Mecca
3. Puncak Jayawijaya -Irian


People that call me regularly
1. Mamas
2. Papas
3. si Mas

Three of my favorite foods
1. Krecek
2. Krupuks
3. Dendeng Balado

Three of my favorite books
1. Al Qur'an
2. Human dimention and interior space by Julius panero
3. My diary (yeaaay)

Three of my favorite movies [just three?]
1. Ar Risalah
2. August Rush
3. a Pursuite of Happiness

Three friends I think will respond (about me?)
1. independent
2. ceroboh
3. Jutek (hahahha)

Three Things I am looking forward to
1. Final Project
2. Find the Job
3. Married (o..ow..really it's the third priority?)

Three Things I Always Have Beside Me
1. Handphone
2. Wallet
3. Hand Sanitizer


Enough ahhhh ;)

20 Oktober 2009

Hanya ingin istighfar berkali - kali....


Masih terngiang kejadian tadi sore...
ingin istighfar berkali - kali....


aahh...saudara2ku...kenapa sih kalian....
berdebat bukan pada tempatnya
kalian2 yang kukira penuh dengan kedewasaan dan kelegowoan

ternyata melihat suatu masalah saja masih selalu subjektif
hanya berdasar pada nafsu dan lintas pikiran semata
ingin istighfar berkali - kali....


aahhhh

kenapa juga mesti ada orang2 seperti itu...
spontan saya tercetus berkata "begitulah, bedanya orang tertarbiyah dan tidak....fiuh,,"
semoga tak salah ucap...
ingin istighfar berkali - kali....


Sekali lagi kubertanya

kenapa juga mesti ada orang2 seperti itu...?
Yap, mungkin Allah menguji hamba-hambaNYA dengan ujian seperti itu
ingin istighfar berkali - kali....


aaahhh
untuk saudara - saudara seperjuanganku
mari rapatkan dan kuatkan lagi barisan



walau ku tak mampu berucap dan sekedar menganga
Aku hanya ingin istighfar berkali - kali....







*jadi begitu rupanya bila kaum adam sedang 'bersitegang'
 woooow....(sekedar...buang resah....gak maksud apa2)


17 Oktober 2009

Bila Gempa Itu Benar2 Datang...

Ada sebuah cuplikan artikel dari koran Pikiran Rakyat : 25 Mei 2007
"Kota Bandung dan sekitarnya terancam diguncang gempa besar berkekuatan 7,5 pada skala Richter (SR). Ancaman ini bisa muncul, jika terjadi pergerakan di sejumlah lempeng penyusun patahan Cimandiri-Lembang. Jika ini terjadi, gempa besar tersebut akan mengguncang cekungan Bandung . Selain Kota gempa Cimahi, Padalarang, serta Lembang, gempa juga mengintai sejumlah wilayah di Sukabumi, termasuk Palabuhanratu."


Hm.. well, jujur saja saya malah baru baca sekarang2 ini... ternyata berita Bandung akan terancam gempa dasyat sudah diprediksikan sejak beberapa tahun silam.....


Suatu hari. seorang teman bercerita pada saya bahwa semalam ada berita di tv yang membahas tentang gempa besar yang akan terjadi di Bandung, ternyata berita itu diangkat lagi ke permukaan pasca kejadian gempa yang akhir - akhir ini terjadi melanda negeri kita tercinta. Awalnya saya masih tidak percaya, toh... gempa memang sulit sekali diprediksi... walaupun para ahli bumi telah melakukan study dan riset mengenai gempa, namun sampai sekarang toh tak ada yang mampu menebak kapan persis gempa akan terjadi.


Teman saya mulai bercerita lagi, .. ternyata berita semalam itu sempat membuat risau dan kekhwatiran pada sebuah keluarga temannya teman saya (temen saya juga dink). jadi ceritanya, setelah mendengar kabar bahwa Bandung akan terkena bencana gempa besar, seluruh keluarga besar teman saya itu pun berkumpul dan melakukan suatu diskusi dan pembicaraan serius. Dan yang dibahas dalam perkumpulan keluarga besar itu adalah bagaimana mengkoordinasikan dan mengarahkan setiap anggota keluarga mereka ketika gempa benar2 datang. Kira2 begini kronologis pembahasan keluarga besar itu : Jadi bayangkan saja, ketika gempa benar - benar terjadi, tentu saja kemungkinan listrik padam dan saluran telepon dan seluler terputus bisa saja terjadi. dalam keadaan seperti itu, ketika sarana komunikasi tak bisa digunakan maka diaturlah strategi agar mereka tahu kemana tujuan mereka setelah gempa besar benar - benar reda, jadi diputuskanlah bahwa setiap anggota keluarga (dimanapun mereka berada) akan berkumpul bersama di suatu tempat , tepatnya di Gasibu (gedung sate), dan persisnya di suatu titik di Gasibu. jadi, nantinya mereka tak perlu susah2 lagi mencari2 sanak keluarga karena sudah direncanakan hingga sekarang. Kemudian pembahasan berlanjut hingga hal - hal teknis lainnya.


Awalnya saya yang mendengar cerita tentang keluarga teman saya yang sudah siap perang itu hanya tertawa dan geleng - geleng kepala, ... salut juga saya kepada keluarga itu... walaupun orang lain menganggapnya aneh dan sepele, namun ternyata ada kiranya dilakukan koordinasi terlebih dahulu ketika akan menghadapi suatu kondisi yang tidak memungkinkannya mereka untuk melakukan komuniakasi. Di balik itu, saya pun begidik ngeri juga...kalopun benar gempa besar akan datang dan saya masih di Bandung lantas apa yang akan saya lakukan?.


Akhirnya.... pikiran konyol saya mulai bermunculan, mengingat - ngingat harta paling berharga sekarang yang ada di kosan yang mungkin saja akan hancur bila gempa benar - benar datang, yah paling - paling cuma komputer set yang menyimpan banyak data dan memoar berharga di dalamnya, untuk  yang lainnya sepertinya sudah pasrah saya relakan begitu saja hihihi. Kemudian, persiapan perang kecil - kecilan hendaknya juga perlu saya siapkan. Jadi rencananya saya akan menyiapkan sebuah ransel yang berisikan barang - barang berharga dan penting untuk pertolongan pertama, sebut saja: surat2 berharga (duh apa ya... ijazah? piagam penghargaan ? hahaha), mushaf, voucher pulsa yang digosok2 tea, betadine, handiplast, pembalut  (hehe), camdig, handuk, jilbab langsungan.... dan tak lupaaaa buku diary tercinta ehehehehe......


Aduhaaai.... tak apelah melakukan persiapan perang dari sekarang... bilapun rumor gempa itu nantinya tak pernah ada, saya rasa tak ada salahnya juga menyimpan sesuatu yang dianggap perlu / darurat dari sekarang. yang jelas... segala sesuatu yang terjadi hanyalah rencana milik Allah semata, dan saya makin merasa seolah segala sesuatunya menjadi tak berharga.. materi2 yang sifatnya duniawi bisa saja Allah enyahkan begitu saja dalam sekejap.... namun bekal amalan kitalah yang sebenarnya harus dipersiapakan dari sekarang.... ah, umur manusia tak ada yang tau kan pren...




pst... jujur sampai sekarang entah kenapa saya masih sedikit trauma dengan hawa2 gempa... yah manusiawi lah... masih sedikit sensitif terhadap bunyi gemuruh..... tiap bunyi gluduk2x saya langsung shock, sedikit goncangan pun saya bisa kaget tiba2 dan tentu saja sampe sekarang saya tak bisa berlama - lama berada di kamar mandi...ntah kenapa....fiuhh....

09 Oktober 2009

Wortel,telur, kopi,..



Apakah kita sering bertanya mengapa kehidupan ini begitu berat?
Apakah kita kerap merasa putus asa dan hampir menyerah ketika mengahadapi suatu masalah?
Atau apakah kita telah merasa lelah untuk berjuang? Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru?.

Sejenak, mari kita simak sebuah kisah antara wortel, telur dan kopi. Tentulah kita semua tahu, seperti apa wujud dari ketiga benda yang saya sebutkan barusan. Yap..lalu mari bayangkan saja ketika ada tiga buah panci berisi air yang diletakkan di atas tungku api. Kemudian, kita taruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir, biarkan saja ia mendidih selama beberapa menit. Kemudian, mari kita sisihkan wortel dan letakkan di atas sebuah mangkuk, angkatlah telurnya dan letakkan di mangkuk yang lain, dan terakhir tuangkan kopinya di mangkuk yang lainnya. 

Lantas, apa yang kita lihat selanjutnya? Tentu saja, ketiga wujud wortel, telur dan kopi dengan rasa yang berbeda. Mari kit amati satu persatu, rasakanlah bahwa wortel yang tadi keras menjadi lunak. Kemudian, coba ambil telur yang telah direbus tadi dan cobalah untuk memecahkannya setelah membuang kulitnya, telur rebus tadi pun menjadi mengeras. Terakhir, cobalah cicipi kopi dalam mangkuk tadi, hmm.. sebuah kopi dengan aroma yang khas. Lalu, apa arti dari semua ini?. Tentu saja bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.

Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. 

Nah, jadi kita termasuk dalam golongan yang mana? Bagaimana cara kita mengahdapi kesulitan bila masalah berdatangan? Apakah kita menjadi wortel, telur atau kopi?"
Apakah kita adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kita menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatan kita.
Apakah kita adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kita menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?

Ataukah kita adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kita seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kita akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarnya juga membaik.


Bagi seorang muslim, hendaknya kita harus berkeyakinan bahwa setiap masalah yang berdatangan pasti akan ada hikmah yang ingin disampaikan dari Sang Pemilik Alam kepada umatnya. Baik dari segala bencana kecil yang dialami oleh diri kita sendiri, maupun bencana – bencana besar, yang salah satunya merupakan teguran bagi umatnya agar senantiasa bertawakal dan berpasrah kepadaNya. 

Setiap hal yang kita lakukan pasti butuh perencanaan agar segala sesuatunya berjalan dengan semestinya, begitupula dengan segala rentetetan peristiwa yang terjadi di negeri kita ini juga merupakan secuplik episode yang telah direncanakan olehNya. Bencana gempa bumi yang terjadi di Tasik dan di Sumetera Barat baru – baru ini, mungkin saja menjadi sebuah teguran bagi bangsa Indonesia yang kian terlarut dalam mementingkan hal duniawi ditemani segala egositas dan kepentingan masing – masing, sehingga lalai akan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah. Ataukah bisa jadi, bencana gempa bumi merupakan cara Allah dalam memancangkan titik awal kebangkitan kehidupan masyarakat Jawa Barat dan Sumatera Barat. 

Kebangkitan sebuah peradaban hanya bisa dilakukan oleh manusia-manusia bermental kuat yang memiliki kesabaran luar biasa dan mempunyai kesungguhan dalam menyelesaikan berbagai beban tangung jawab. Amanah untuk membangkitkan peradaban membutuhkan manusia yang terbiasa mengatasi kesulitan dan rintangan dalam perjalanan kehidupannya. Amanah membangkitkan sebuah peradaban tidak dapat dipikul, kecuali oleh orang-orang yang terbiasa lebih mengutamakan tanggung jawab dari pada kehidupan santai dan mewah dan dari pada kesenangan dan godaan. 

Ada sebuah pesan yang dapat menjadi cambuk hati untuk kita semua, bahwasanya pada saat-saat tertentu Allah menggunakan cara-cara yang unik untuk mendidik kita. Allah memberi kita Kekuatan, dengan cara memberi kita kesulitan - kesulitan untuk membuat kita tegar. Allah memberi kita kebijakan, dengan cara memberi kita berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana. Allah memberi kita kemakmuran, dengan cara memberi kita Otak dan Tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran. Allah memberi kita Keteguhan Hati, dengan cara memberi Bencana dan Bahaya untuk diatasi. Allah memberi kita Cinta dengan cara memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai. Allah memberi kita Kemurahan Kebaikan Hati…dengan cara memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti. Semoga kita semakin mengerti ini, sehingga apapun yang terjadi, kita terus dapat tersenyum dan mengucapkan “Alhamdulillah” di hati dan di bibir kita dalam setiap keadaan.

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al Insyirah: 5-6).

Jadi, apakah kita akan menjadi wortel, telur atau kopi? Silahkan pilih sendiri. 

(oryza_sativa)

01 Oktober 2009

Gempa dan Rumah Tradisional Sunda


Gempa bumi berkekuatan 7,3 skala Richter pada 2 September 2009 yang berpusat di laut selatan Tasikmalaya membuat Pulau Jawa bergetar. Akibat khas dari gempa besar ini adalah banyaknya rumah yang hancur karena dinding dan atap runtuh atau gentengnya lepas dari reng, terutama di daerah yang dekat dengan episentrum.

Kebanyakan bangunan yang rusak tersebut adalah rumah tembok dengan atap genteng. Sementara rumah yang dibangun dengan cara dan material tradisional relatif aman, seperti di Kampung Dukuh, Cikelet, Garut (Kompas, 14/9/2009).

Rumah-rumah tradisional Sunda, baik yang terdapat di dalam kampung adat, seperti Kampung Kuta, Ciamis; Kampung Naga, Tasikmalaya; Cikondang, Bandung; serta Desa Kenekes, Lebak; maupun di luar kampung adat umumnya berbentuk panggung. Bangunan tidak seluruhnya menempel pada tanah, tetapi dihubungkan dengan tiang yang disangga batu tatapakan yang berfungsi sebagai kaki.
Dengan demikian, ketika terjadi lini (gempa), getarannya diredam oleh batu tatapakan sehingga meskipun bangunan turut oyag (bergetar), rumah relatif dapat bertahan menerima beban getar gempa bumi sampai kekuatan tertentu.

Model rumah panggung dalam masyarakat Sunda tradisional terus dipertahankan. Salah satunya dasarnya adalah karena merupakan adaptasi dari kosmologi Sunda yang membagi jagat raya ke dalam tiga tingkatan: buana nyungcung, tempat para dewa atau Tuhan; buana panca tengah, tempat manusia dan makhluk hidup lainnya; dan buana larang, tempat orang yang telah meninggal, yaitu tanah.
Rumah dibuat berbentuk panggung agar buana panca tengah yang direpresentasikan oleh rumah (imah dan bumi) tidak langsung berada di atas tanah, tetapi harus diberi jarak. Bahan rumah tidak boleh menggunakan material berbahan baku tanah, seperti genteng dan bata, karena tanah tempat untuk orang meninggal. Dengan material bahan tanah, artinya manusia yang masih hidup telah dikubur.

Desain
Teori yang secara langsung dapat dianggap mendasari konsep desain rumah tradisional diungkapkan Karl Popper dan EH Gombrich berupa teori deterministik yang disebutnya logika situasi, yaitu bahwa manusia dibatasi oleh waktu, tempat, dan kondisi, yang meskipun demikian masih memiliki derajat kebebasan untuk mencapai tujuan alternatif. Umumnya, faktor alam, seperti iklim dan geografi-termasuk adanya gempa bumi-sangat relevan dalam pengembangan desain bangunan (John A Walker: 1989).

James Fitch dan Daniel Branch mengutarakan teorinya bahwa penentu desain dalam masyarakat primitif (tradisional) adalah lingkungan, seperti Eskimo dan Indian, Amerika Utara, bergantung pada material alam khas yang ada di lingkungannya. Salju bagi orang Eskimo dan kulit binatang dan ranting kayu bagi orang Indian adalah material yang dipakai untuk hunian mereka.

Agar dapat bertahan, mereka harus membangun hunian dengan material yang cocok dengan kondisi alam dan iklim lokal. Selain faktor alam, faktor pola hidup juga memberi bentuk terhadap cara manusia membangun model hunian. Masyarakat peladang berpindah akan berbeda dengan masyarakat petani sawah dan apalagi masyarakat industri dalam caranya mengembangkan hunian.

Masyarakat dengan lingkungan yang sering terjadi peperangan akan membangun benteng pertahanan. Belanda membangun rumah model mereka di Indonesia dengan bukaan lebar dan plafon tinggi untuk mengurangi hawa panas. Masyarakat dengan tanah yang sering gempa akan membangun rumah yang dapat bertahan dari getaran gempa. Rumah tradisional merupakan hasil dari kearifan pragmatis yang telah berlangsung berabad-abad.

Menurut Victor Papanek (1995), arsitektur vernakular-dalam hal ini bangunan tradisional-didasarkan atas pengetahuan praktis dan teknik tradisional, yang menunjukkan kualitas pertukangan tertinggi yang dimiliki. Struktur desain rumah tradisional cenderung mudah dipelajari dan dipahami secara teknis. Material yang dipakai sebagian besar diambil dari lingkungan sekitar.

Dari segi bentuk dan penggunaan material, bangunan tradisional merupakan solusi yang tepat dipandang dari segi ekologi dalam arti cocok dengan iklim, lingkungan-termasuk kemungkinan terjadinya gempa yang didasarkan pada pengalaman-dan cara hidup masyarakatnya. Rumah tradisional tidak bersifat menonjolkan diri, tetapi menyelaraskan diri dengan karakteristik alam sekitar.

Pembuatan rumah tradisional merupakan gabungan dari material, alat, dan proses. Dalam konteks desain tradisional Sunda, tampak bahwa setiap material yang dipakai memiliki karakteristik khas sehingga memerlukan alat khusus yang juga khas untuk mengolahnya melalui pembuatan dan pemasangan tertentu sesuai dengan sifat material dan kemampuan alat. Sifat material dan jenis bambu, misalnya, disesuaikan dengan sifat khas bambu tersebut. Bambu bersifat lentur sehingga dapat bertahan terhadap pengaruh getaran gempa bumi.

Perubahan
Bangunan tradisional dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat, terutama dalam tata cara mendirikan bangunan dan perhitungan atau aturan mendirikan bangunan berdasarkan budaya dan kepercayaan setempat, seperti perhitungan waktu yang tepat, arah hadap bangunan, lokasi, fengshui, dan berbagai upacara yang menyertai berbagai tahapan pembangunan.

Meskipun rumah tradisonal berakar pada nilai-nilai tradisional, menyimbolkan kontinuitas di dalam masyarakat, pada bagian tertentu tampak adanya sejumlah perubahan. Contohnya adalah rumah-rumah di Kampung Kuta, Ciamis. Material baru hasil industri seperti kaca, seng, dan kayu lapis secara terbatas telah dipakai, sementara model rumah panggung terus dipertahankan. Selain alasan adat, warga Kampung Kuta juga punya alasan teknis, yaitu karena tanah di kawasan itu labil dan solusi terbaik untuk kondisi alam tersebut adalah tetap dengan model rumah panggung.

Sekarang kita menyaksikan pengaruh pembangunan dan modernisme yang menempatkan model rumah tradisional sebagai sesuatu yang dianggap ketinggalan zaman sehingga perubahan model rumah tidak terelakan, khususnya di luar kampung adat.

Rumah panggung berganti dengan model rumah langsung di atas tanah, yang menyebabkan perubahan berantai: lantai papan berubah keramik, dinding bilik anyaman bambu diganti dengan bata, dan tembok dengan sistem fondasi dan konstruksi sebagian kurang memadai untuk dapat menahan gempa bumi.
Agar dapat bertahan dari goyangan gempa bumi, selain fondasi yang baik, dinding bata minimal memerlukan beton bertulang di sekeliling dinding bata sebagai pengikat struktur, berupa sloof, ringbalk, dan kolom praktis.

Sayangnya, rumah-rumah tembok di pedesaan jarang sekali yang menggunakan konstruksi demikian.

dikutip dari : Mang Jamal-Dosen Desain Interior Itenas

(dimuat Kompas Jawa Barat Rabu 30 September 2009)

Di suatu senja.....


Di suatu senja....
ditemani bisikan semilir angin melewati jendela masjid

dalam sebuah pertemuan singkat
menyambut wajah  - wajah sumringah yang menutupi pias lelah
mendekap erat tubuh - tubuh yang langkahnya penuh dengan ketulusan 
bersama dalam suatu ikatan...
betapa indahnya....


Di suatu senja...

dalam lantunan surat cinta dari Sang Kekasih..
tiap ayatnya mampu menggetarkan relung jiwa yang rapuh nan lelah
bersama merenungi untaian kalimat penyejuk qalbu...
betapa Sang Khalik nampak sayang pada hambaNya
seolah para malaikat pun turun dari langit dan ikut tersenyum sembari 
menyimak santun dengan seksama



Di suatu senja...
bermula dengan kisah sahabat terdahulu..
menggali makna terdalam...
merenungi kehidupan....
sesekali ada tangis... sesekali ada canda...
terbias indah tanpa batas...
qalbu - qalbu pun menderu...
menyatukan hati - hati kita...

Di suatu senja... 
yang lelah karenaNya
yang teguh pendirian karenaNya
yang rela berkorban karenaNya 
yang setia menapaki jejak seruanNya

untuk insan - insan  yang kerap merindukan surgaNya
semoga kita selalu berada dalam naunganNya
hingga saatnya tiba...


Di suatu senja
untuk saudara - saudara terbaik yang kucintai karena Allah
tetaplah terus melaju berjuang di jalanNya
Terima kasih ya Rabb... atas segala kesempatan yang Kau berikan
untuk mampu mendampingi mereka menuju jalanMu
walaupun hanya secuil serpihan yang mampu kusampaikan

dari manusia yang penuh dosa ini...



Di suatu senja...

penuh tumpahan cinta kupersembahkan untuk saudari2ku (Tih, Har-c,Meng) dari seorang 'teteh' yang penuh khilaf