11 Desember 2010

KOLASE HIJRAH

HIJRAH?
Iya,seperti kaum muhajirin yang hijrah ke Madinah untuk merubah nasib kaum mukmin dengan bekal semangat dan keimanan, saya pun juga hijrah… bedanya jelas saya gak hijrah ke Madinah, melainkan hijrah dari zona kenyamanan di Bandung ke Jakarta. Do’a Ayah Ibu (cepat sekali) terkabul,mereka ingin anaknya nyari kerja di ibukota, Terbersit pikiran, kenapa saya gak disuruh standby di Batam aja ya menemani mereka berdua? :P. Sebenarnya ruang pengharapan saya berkata saya pengen dapet kerja sebelum wisuda, dan Allah sekali menunjukkan kekuasannya, dua minggu sebelum wisuda saya diterima kerja di BSD, kalo kata Sule What am I going to do?, saya secepat kilat harus menjajaki napak tilas petualangan terbaru. Konsekuensi dari harapan yang terucap, just do it. Welcome new life… Jadi kalo boleh dirangkum hijrahnya saya di dunia fana ini:from suraBaya-Bali-Batam-Bandung-Bintaro-BSD-what’s B next?. (Pengennya next destination saya ke Belanda atau duBai..hehe).


Sakit Menu Kompleks
Tepat dua hari setelah wisuda, saya tumbang…benar2 ambruk di ranjang. Jadi alkisah, suatu hari di kala saya kerja, badan saya udah panas tinggi dari berangkat kerja, nafsu makan turun drastis, saya menggigil nan gelisah, akhirnya ibu bos yang baik hati ngeliat gelagat saya seperti orang sakau di depan komputer n megang badan saya langsung nyuruh saya cepet2 pulang… disuruh istirahat katanya…(oh yesss!...hahaa~masi boleh seneng ya dikasi izin kerja). Akhirnya dengan segala perjuangan saya melarikan diri untuk periksa seorang diri ke dokter,untung aja di deket rumah ada klinik yang bisa dijangkau. Dengan mantap Pak Dokter pun memvonis saya sakit gejala tipes. “Dok, yang bener? Serem amat dok penyakit saya?” saya tersentak kaget. “Iya badan kamu panas sekali, udah istirahat total aja”. Pak Dokter lempeng berkata sembari menuliskan resep obat. Oh Mom…what am I going to do?. Akhirnya, tumbangnya saya itu dengan segala pemulihan nafsu makan memakan fase hampir 2 minggu. Secuil hikmah, di kala saya sakit, diutuslah seorang pemuda baik hati yang rela menjenguk dan merawat saya, jeng…jeng… siapa lagi kalo bukan kakak saya sendiri. Ya jelas aja utusan tunduk dan patuh karena mandat turun langsung dari Ayah di sebrang sana….hohoo. Apapun itu, makasih ya brader. :) :) :) (ayo kita makan Hokben lagi dan kamu harus liat aku sebenernya bisa menghabiskan makanan itu semua!).

Tak lama kemudian, penyakit kedua masih setia merayap di tubuh saya, batuk setiap saat yang cukup mengerikan…mungkin bisa dipastikan suara batuk saya bisa menganggu ketenangan seisi rumah. Saya dibawa lagi untuk periksa, kali ini di Rs. Syarif Hidayatullah UIN, dan saya divonis terkena radang tenggorokan sama bu Dokter. “no gorengan, no minuman dingin, no pedes”. Begitu katanya…. “Ah Dok, tapi…? Tak ada pengecualian untuk tahu bulatkah?”saya pengen ngomong gitu, tapi langsung saya urungkan,takut Bu Dokter makin nambahin obat yang harus saya minum nanti. Fase penyembuhan sakitnya saya ini juga memakan waktu sekitar 2 minggu, saya (yang walaupun item manis kayak kecap bango) tetap bandel dan merindukan jus dingin, sambal ijo padang dan goreng2an(Tahu Bulat actually) diam2 langsung mendelete kecaman bu dokter, alhasil… sekarang radang saya kambuh lagi. Badan saya kembali memanas kalo udah capek. Fase sekarang ditambah sama nyeri di bagian bawah lengan saya.Tah eta.. Kenapa lagi ni? Sakitnya bukan main bagian itu kalo lagi bernapas. Tante bilang saya Cuma harus rajin olahraga, ato salah posisi duduk waktu kerja… hua… gitu ya. Saya udah berniat mau cek ke rontgen aja takut ada apa2.. hehe….

And finally, sakit terbitan paling anyar dari saya adalah selama beberapa menit kaki saya kerap kram total di setiap malam dan bangun tidur, yang ini cukup membuat kaget dan mengerikan. Alamaak jang… sekarang si kaki malah bengkak sebelah pula.

Beberapa kali saya juga sempat konsultasi ke sahabat saya yang berprofesi jadi perawat di Batam sana. Yah walopun bukan Dokter, saya yakin perawat juga pasti tahu indikasi itu penyakit apa dan penangangannya seperti apa, seenggaknya saya banyak dikasih nasehat bermanfaat tentang masalah kesehatan dari beliau, dan sebenernya faktor yang terpenting saya lega sudah bisa mencurahkan penyakit2 yang saya derita sama ibu Suster. Heu… makasih ya Nope sayang.

Hm.. baru kemarin saya ditakdirkan untuk membaca sebuah ‘majalah wanita karier’ (punya si tante), di situ ada artikel menarik yang dibahas, yaitu tentang “Waspadai 8 gejala kesehatan ini”. Dan sentah kebetulan atau apa 4 dari 8 gejala itu sudah saya alami, kira-kira begini cuplikannya:

1. Gejala: rasa pegal dan Bengkak Kaki, mungkin disebabkan : salah urat. Kemungkinan Terburuk: Penyumbatan pembuluh darah vena dalam kaki. Gejala serius lainnya: Rasa nyeri hebat dan mati rasa pada kaki. (Gleek.. itu kan gue).

2. Gejala : Pusing, mual, dan muntah. Mungkin disebabkan: masuk angin. Kemungkinan Terburuk: Serangan Jantung (Oh no..). Gejala serius lain : Rasa nyeri di dada kiri, belakang tulang dada bagai diremas dan sesak nafas (Yes,it’s me dude). Halo.. I’m just 21th, masa sakitnya udah jantung koroner?.

3. Gejala: Kembung, mual, rasa tidak enak di perut. Mungkin disebabkan: Gangguan pencernaan. Kemungkinan Terburuk: Kanker indung telur (wekss). Gejala serius lanjut: penderita kanker tingkat lanjut, umumnya mengalami penurunan nafsu makan, sangat sering pipis atau kebelet pipis. (No…… gak bisa dipungkiri, saya pernah mengalami itu).

4. Gejala : Batuk berkepanjangan. Mungkin disebabkan: Flu. Kemungkinan terburuk: Asma pada orang dewasa. (haa… ada yaa……ada dan gue pun kena sampe detik ini !).

Nah.. ya kira2 begitulah, di majalah itu juga dikatakan bahwa tekanan, stress, dan penyakit menjadi kawan sehari – hari yang terus mengelilingi perempuan perkotaan. Bahkan ketiganya menjadi siklus tanpa akhir bagi banyak perempuan.(syereeemmm). Saya yang awalnya khawatir dan dibayang-bayangi kabut merapi yang gelap, langsung disejukkan dan dicerahkan dengan pernyataan dokter David Servan-Schreiber,seorang neuroscientist dan penulis buku Anticancer: “Kita semua memiliki kemampuan alami secara rutin untuk menyembuhkan diri sendiri”. Just positive thinking, rubah mindset dan mood kita dari yang negatif untuk memunculkan energy positif. Huaaaah… oke oke. Kita coba ya dok. Jadi tak perlu panik dulu walo kamu punya penyakit yang kompleks, anggap saja jadi pembinaan dan penempaan diri biar kebal nanti-nantinya. Heu… alibi.

Kesimpulannya, Saya yang udah cerita ngalor ngidul ke sahabat saya si ibu suster itu, akhirnya cuma dikasih satu solusi: “Nikah aja Jak,biar ada yang ngurusin dirimu”.

Di Stasiun selalu ada Cerita
Di masa hijrah ini, setiap pagi saya harus naik kereta untuk pergi ke kantor. Karena waktu tempuh yang tidak begitu lama dan praktis daripada harus naik angkot. Hari pertama, saya jadi orang terbego di stasiun, gak tau kereta berhenti dimana, jam berapa, dan harus naik yang mana. Hingga tubuh saya harus digeret seseorang karena berdiri di bibir jalan stasiun ketika kereta akan datang. (ah malunyaa…). Untungnya saya naik kereta yang berlawanan arah dari orang2. Di setiap pagi, kalo yang lain udah kayak ikan2 sarden diempet2 kaleng kecil yang hampir gak bisa ditutup rapet untuk naek kereta yang pergi ke arah Sudirman, saya bisa agak santai karena gerbong ke arah Serpong selalu menyisakan kursi untuk penumpangnya. Dan kalo kepepet, kereta ekonomi jadi opsi terakhir untuk pulang. Yang paling saya suka di stasiun Pondok Ranji, yaitu ritual mendengarkan tim orkes pengamen yang setiap pagi mengiringi perjalanan penumpang kereta dengan lagu2 klasik dan keroncongnya… mirip2 sama klanting gitu lhoo, tapi saya rasa ini lebih bebas dan sederhana. Namun di beberapa waktu, si orkes ini suka tersaingi dengan pengamen buta yang berkaraoke sembari membawa tape berisi lagu yang diputar cukup keras. Yah.. setiap orang butuh cari makan, dengan caranya sendiri-sendiri. Enjoy it !.

Di stasiun Serpong lain cerita, di sepanjang jalan di jalur menunggu kereta, banyak sekali pedagang asongan yang menjajakan makanan dan minuman. Suatu kali, saya penasaran sama sate yang dijajakan seorang ibu di stasiun itu, karena harumnya cukup menggiurkan. Itung2 bisa menutupi bunyi kriuk di perut hingga pulang nanti. Saya pesanlah satu porsi, satenya kecil2… oh tidak, ternyata bukan daging ayam. Apa itu? Gajih sapi kayaknya,eh bukan ah, rasanya kenyal2 keabuan…misterius sekali. saya tak tau persis itu bagian organ mana dan dari hewan apa… hmfth… walopun Cuma 5000 tapi saya harus berpikir dua kali untuk memakan sate ‘penuh misteri’ itu lagi.

Study Banding Angkot 

Satu lagi armada yang sudah menjadi bagian dalam rutinitas saya semenjak kuliah dulu. Angkot namanya. Semenjak di Bandung, bisa dibilang saya sudah menguasai medan jalur angkot untuk beberapa rute. Karakteristik si supirnya pun diam – diam saya amati dan saya simpan dengan rapi di memori. Lain ladang lain belalang, karakteristik angkot di ibukota ternyata berbeda dengan di daerah. Bolehlah saya share apa yang sudah saya amati selama ini. Heu… begini kira-kira.

1. Angkot Bandung : penumpang naik dan duduk, baru mobil jalan. Angkot Jakarta: penumpang naik dan belum duduk mobil keburu jalan.

2. Angkot Bandung: Kalo penumpang minta turun, cukup bilang,”kiri Payun Mang”. Angkot Jakarta: Penumpang membisu, cukup mengetuk2 bagian langit2 angkot untuk minta turun.

3. Angkot Bandung: Aturan rimbanya, kalo lagi ngetem, pasti penumpang disuruh naik di angkot yang udah ngetem duluan di depannya sampe penuh dulu. Angkot Jakarta: Angkot bisa ngetem sesukanya, penumpang pun bisa naik sesukanya, jadi bisa ada 5 angkot atau lebih dengan jurusan yang sama di setiap persimpangan dan bunyiin klakson tanpa berhenti untuk menggaet penumpang. (saya gak suka yang ini….).

4. Angkot Bandung: Jarang yang nyetel musik, soalnya tiap lampu merah udah ada pengamen. Angkot Jakarta: Seringnya pada nyetel lagu n kadang masang speaker yang bass nya bikin kambuh penyakit jantung tiba- tiba. Ada angkot bertemakan dangdut terkini (keong racun, cinta satu malam), full Ungu, lagu2 di inbox, radio yang muter berita (intelek nih) hingga lagu lawas macam Nike Ardila. Saya tinggal nunggu yang versi nasyid tapi kok belum nemu ya.. hehee….

5. Angkot Bandung: Ngebutnya masih bisa dibawa tidur, n masih halus kalo ngerem. Angkot Jakarta: Ngebut n nyalip sana sini sampe kalo ngerem tinggal sesenti lagi nyium mobil di depannya. Dan suka ngerem-ngerem mendadak hingga bikin tubuh terpental-pental,benjol, sampe berdarah-darah (haha… lebay).
6. Angkot Bandung: Ayo neng diisi 5-7. Angkot Jakarta: Masih bisa mbak, 4-6. (Cuma ini yang saya suka).

7. Apalagi ya…

Bukan maksud apa-apa lho saya cerita begini, ini berarti menunjukkan bahwa di setiap daerah punya kebiasaan dan budaya yang berbeda-beda. Hingga untuk masalah angkot sekalipun. Jadi tinggal gimana kita adaptasi sama suatu perubahan metode saja. Maju jaya angkot Indonesia!.. pesan saya: ingat keselamatan penumpang n jangan ngetem kelamaan hingga baju saya sudah berubah aroma jadi bau rokok.

Saya masih akan terus hijrah lagi teman,ke suatu tempat asing lagi,bertemu dengan orang baru dan penuh kisah tak terduga yang baru. Esok 'kan berkelana lagi...kita buat Kolase antah berantah ini Bersambung saja yukks….salam perjuangan!.


11 Desember'10.
di Zona Baru ditemani batuk kronis. 
BSD

3 komentar:

Nophe mengatakan...

ni ja' ku kasih resep obat di rumah:


- Segera nikah dosis 1X seumur hidup
- Nikah ajah dosis 1x seumur hidup
- Lebih baik nikah dosis 1x seumur hidup
- Nunggu apa lagi, wisuda udah, kerja udah, kapan nikah? dosis setiap sms ija' :p

Nama: Riza Sativianty
Umur: 21 th

NB: Jangan lupa ditebus :)

oryza mengatakan...

ee... memanglah calon penganten ni dah berani kasi resep beginian. ditebus dimana tu bu?
btw,dah berapa taun kita berkawan huh? salah penulisan nama aq tuuh... :P

Novalisabatam mengatakan...

@Ija': di apotik SaMaRaDa :P
mmmm.....
salah ya? maap lah ya Ja', td ngetik nya buru-buru karena ada yg mw konsul lg
wkwkwkwk...