28 September 2011

Jangan Menyerah




Jangan menyerah
untuk segala pengharapanmu
Bersama Allah
semua pasti ada jalannya

#note to my self
:)

*inspiring song by :D'Masiv- Jangan Menyerah
instumentalia by: me



27 September 2011

Random In the end of September

here comes the rain again
falling from the stars
drenched in my pain again
becoming who we are
wake me up when september ends
(Green-Day)

 i don't need more tears
let it disappear like the rain
becoming the hue of the beautiful rainbow
#monolog 
__________________________________________

i'm still here universe,
In the end of September with a stack of deadline :D

23 September 2011

Menjadi yang Aneh, Siapa Takut?

Menjadi muslimah yang memasuki dunia kerja

Gak ada yang aneh memang dengan kalimat di atas. Tapi coba kalau ditambahin dengan kata-kata :

Menjadi muslimah (yang berusaha) istiqomah yang memasuki dunia kerja

itu baru tantangan,setidaknya menurut saya pribadi begitu.

Zona dunia kerja memang jauh berbeda dengan dunia perkuliahan ,warning yang jadi wacana semasa jadi mahasiswa dulu memang terbukti adanya. Lingkungan kampus yang walopun heterogen tapi masih aman membuat kita jadi leluasa berkehendak n 'berekspresi'.Gak ada yang ngelarang kita mau begundalan atau jadi alim sejagat, paling cuma dapet cibiran-cibiran angin lalu saja, idealisme tak goyah soalnya temennya banyak juga :) :). Lain halnya dengan ranah dunia perkantoran yang penuh intrik,prestige n problematika di dalamnya (euh jiga sinetron weh). Yang mengharuskan pelakunya mampu survive,berkompetisi kalau tidak mau gagal melewati saringan alam.

Di lain hal,memasuki dunia profesi yang sesuai dengan bidang yang kita geluti dan minati pasti menjadi suatu kepuasan tersendiri. Setidaknya kita bisa bilang begitu karena ilmu yang kita tebus mahal-mahal selama ini kepake juga buat mengais rejeki.  :P :P. Tapi bagaimana ketika prinsip yang udah kita pegang teguh selama masa perkuliahan ternyata goyah karena kondisi lingkungan di dunia kerja? sayang sekali bukan.

Ehm, saya mau berbagi pengalaman ,suatu waktu, di kali pertama saya diajak meeting sama atasan saya di kantor apartmen di daerah Sudirman, Jakarta.Di perjalanan menuju ke sana, atasan saya  mulai cerita seputar bahasan pekerjaan ini dan itu, hingga sampai di topik tentang tanggapan pribadi atas kinerja dan penampilan saya..iyah penampilan. Kondisi atasan saya yang noni mungkin agak aneh dengan setelan 'akhwat' saya ini hohooho... yah jangankan noni, yang muslim aja kadang protes n bertanya-tanya kok.

Jadi atasan saya mulai bercerita, bahwa desainernya yang dulu bekerja di kantor itu, juga muslim,wanita muda seperti saya. Tapi dia itu kalo kemana-mana masih mau pake celana jins, kerudung trendi yang diiket2 (katanya) n bajunya tetap panjang n sopan. Jengjeeeng.... tapi semua berubah ketika negara api menyerang -____-'.. ahhaha bukan itu ding, jadi maksudnya, kenapa kok saya gak bergaya seperti itu saja? biar enak juga kalo ketemu klien nanti.

*oh jadi perempuan yang pake rok panjang n baju gombrong plus jilbab kegedean wara wiri di perkantoran n berstatus desainer itu selama ini dikatakan aneh oleh mereka n gak enak dilihat?"* cuma membatin.

Saya sebelumnya sudah mengira lontaran ini akan terjadi juga kepada saya (atau kepada muslimah2 yang sedang berusaha istiqomah di dunia kerja). Lantas atasan saya melanjutkan 'masukannya' tadi, "Yah itu balik lagi ke kamu Riz, sekali lagi saya memang gak tau agama kamu ngajarin yang sebaiknya gimana, saya cuma ngasih masukan aja loh ya".. Di saat itu Saya cuma bisa bilang, "Makasih Pak, memang saya sudah terbiasa begini n lagi berusaha untuk menjalani apa yang saya pahami dari ajaran agama saya". Atasan saya cuma ngangguk, dan nampaknya gak mau meneruskan topik sensitif ini. Tapi di balik itu, saya masih membaca ketidaksetujuannya terhadap penampilan saya.

Sekelumit kisah di atas bisa jadi juga dialami teman-teman saya yang lain dalam kondisi dunia kerjanya masing- masing. Tidak melulu dari sisi penampilan, bahkan ketika kita ingin melakukan amalan harian di kantor pun masih saja banyak yang 'melirik tajam'. Ehm jauh beda memang kalo kita bekerja di kondisi yang sudah 'terjaga' lingkungannya. Menjadi pekerja apalagi di ibukota,kata orang-orang yang sudah mengalaminya memang berat. Mesti mengkondisikan diri dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan gaya hidup manusia perkantoran padahal masih gak sejalan pula dengan keadaan finansial :)). Namun bertahan untuk tetap istiqomah saya rasa lebih butuh perjuangan lagi. Tetap melebur, tapi tak terwarnai.

Salah satu cara untuk tetap bertahan dengan gempuran 'serangan; tadi ialah dengan tetap senantiasa mengamalkan tarbiyah dzatiyah (pendidikan diri). Dimanapun kondisi,waktu dan tempatnya, 'paksakan' diri untuk menginvestasikan waktu pada hal - hal yang bermanfaat, melakukan ibadah wajib tepat waktu n amalan sunnah, senantiasa menghadiri majelis ilmu,serta tetap bersilaturahim dengan orang-orang shaleh. Memang, langkah ini tak seringan dulu, makin banyak cobaan, waktunya habis tersita buat di kantor, makin ekstrem dibilang aneh kalo gak sejalan dengan kondisi yang ada, tapi kalo ada motivasi akhirat di balik segala kegiatan kita Insya Allah semuanya terasa mudah n menjadi sesuatu. -~_~- sama-sama mencoba nyuk aah...

Finally, impian saya punya biro konsultan sendiri yang terjaga n diisi sama orang-orang berskill n berakhlak mulia kayak novel diorama Sepasang Al Banna makin menggebu-gebu, kita tunjukkin deh pada dunia bahwa perempuan juga bisa beradikarya dengan tetap menjaga identitasnya sebagai muslimah sejati. *cihuy*


09 September 2011

Intina mah Serius Jon !

Ngopas tulisan nya Pak Arie (dosen saya di Itenas) yang di share di forum fb beberapa waktu lalu. *tulisannya rada saya edit redaksinya tanpa ngurangin esensi cerita* 
mahasiswa (m): "Pak...saya baru dapet project"
dosen (d):"ooooh bagus atuh...(dosennya orang sunda jadi make atuh)"
m: "saya ditanya berapa biaya gambarnya?"
d:"trus....."
m:"berapa ya Pak.....?"
d: "terserah kamu atuh...."
m:"saya malu euy bilangnya"
d:"kenapa atuh.....?"
m:"bisi kebesaran......"
d:"siga calana wae atuh sieun kaged...ean....."
m:" serius ateeeeuuuh Pak!"
d: "taaaaaah eta....intina serius atuuh makana......serius gambarna,serius presentasina,serius performena,serius cara ngaloby na........"
m:"emangnya saya nggak keliatan serius ya Pak?", 
d: "Coba inget-inget ownernya nanya apa sama kamu, 1.nanya biaya ngagambar atau 2.nanya anda harus saya bayar berapa, gambar mah murah....tapi kamunya yang mahal mah"
m: "peuuuuu...."
___________________________________________________________________
Bodor euy..jadi inget saya juga pernah ngalamin kejadian kayak cerita di atas waktu jaman kuliah dulu :P. Bingung waktu dapet projek perdana, n langsung nanya malu2 ke ruang dosen. Ada dua hal yang bikin saya galau, 1) Desain saya menjanjikan gitu? #minder 2) Nanti dibayarnya gimana? eh bakal dibayar nteu?aah... #mahasiswabutuhduitpisan.
jadi teringat pula tentang kisah seorang tukang kayu,
Seorang pria sedang pusing nyaris putus asa. Ia sedang berusaha menancapkan
paku di dinding kayu untuk menggantung hiasan tapi selalu gagal. Setiap kali
dicobanya, selalu gagal. Kegagalan itu meliputi: pukulan yang meleset,
pukulan yang terlalu keras yang mengakibatkan paku terpelanting, pukulan
yang miring yang mengakibatkan jarinya terpukul palu atau pukulan yang
mengakibatkan pakunya menjadi layu.

Akhirnya ia memutuskan memanggil seorang tukang kayu.

Dalam beberapa kali pukulan tuntaslah sudah paku itu menancap dengan gagah
dan mantap.

Ketika ditanya berapa tarifnya, ia pun menyebut Rp. 51.000. “Haaah….lima
puluh satu ribu?” si pria terkaget dan minta penjelasan.

“Ya, lima puluh satu ribu. Yang seribu untuk jasa memukul palu, yang lima
puluh ribu adalah untuk menentukan cara memukul yang tepat dan berapa
tekanan pukulan yang pas”, jawabnya enteng.
Pengalaman itulah yang dibayar mahal. Ia telah melakukan percobaan puluhan
ribu kali memukul untuk menentukan cara yang pas dalam keterampilan palu
memalu ini. 
 
Mulai saat ini, mari kita bertanya dalam diri, bahwasanya kita semua pasti  
punya keahlian dan akumulasi jam terbang untuk melejitkan karya yang kita 
capai. Lantas,berapa kita akan dibayar untuk keahlian itu?. Proses dan kualitas
yang akan menilai.Mari berkomitmen ama profesi, bukannya pelit buat ngeluarin 
karya atau dibilang mahal,tapi lebih membuat pemahaman kepada klien untuk 
tidak sekedar menilai selembaran kertas namun menghargai karya dan ide 
desainer seperti halnya tukang kayu tadi. 
 
 
Ah euy,saya juga masih belajar kok.... 
 
 
 
 
 
 
 
 
Salam senyum semangat desainer muslim muda Indonesia. 
Tetap konsisten berkarya :)

08 September 2011

Tanjung Pinang Trip

Nyaris 2 minggu ceritanya saya ngilang sejenak dari pulau Jawa, meninggalkan segala kehectican dan keriuhan *pinggiran* ibukota. Udah diniatin mudik kali ini gak bakal bawa kerjaan, 'coz  I've promised to spend my quality time for family and old friends only :P.

So, alohaaa Batam, kita berjumpa lagi di penghujung ramadhan tahun ini. Walopun pulau secuil kaya potensi ini bukan kampung halaman saya, tapi hampir dari seluruh bagian dari perjalanan hidup saya, menorehkan jejak sejarahnya di sini.

Edisi balik kampung eh pulang ke rumah tahun ini banyak meninggalkan cerita dan hikmah tersendiri. Seiring berjalannya waktu, beberapa kisahnya akan saya tulis kembali (menanti mood-buster yang muncul segan hilang tak mau). Do'akan aja yah, moga bisa istiqomah menulis :).

Kali ini saya mau berbagi cerita liburan edisi travelling ke Pulau Seberang, Tanjung Pinang. Sebenernya ini dalam rangka tugas dinas juga, ketemu klien saya yang emang lagi ada proyekan di sana. Udah kadung janji soalnya ama Pak Agung, -Bapak Owner KaosPinang yang ternyata juga kakak senior saya di jaman SMA dahulu kala- kalo ke Batam saya bakal nyamperin ke TKP  buat diskusi lebih lanjut n ngukur ulang outlet yang mau di re-design. Dan akhirnya... saya kesana kemarin bersama seorang sahabat buat nemenin. ~jangan kapok ta'culik yah eceu Linda :)).

Perjalanan dari Batam ke Pinang cuma makan waktu lebih kurang lebih 1 jam dengan menaiki kapal ferry dari Pelabuhan Telaga Punggur Batam. Ongkosnya hanya Rp. 40.000,- per sekali jalan. Begini asiknya jadi anak pulau, kemana2 ya mesti nyebrang lautan. Tapi karena udah hampir 4 tahun gak naek kapal, rada kliyengan juga untung gak sampe mabok:s. 

Pas di pelabuhan, udah langsung di jemput Pak Agung (kopdar perdana juga ceritanya..hehe...). Kita langsung tancep gas ke TKP, outlet KaosPinang di KM.7. Keren juga nih Bapak, bisa nyulap rumah kecilnya buat jadi outlet, sebelumnya pake modal jualan online, sekarang bisnisnya udah lumayan maju juga di sini, jadi trendsetter n perdana bikin bisnis oleh2 Kaos bijak ala Pinang. Setelah ngukur sana-sini, sebelum pulang, saya n temen saya nyempetin beli beberapa kaos buat oleh2. Asik dah, berasa turis beneran kan kita. Makasi buat Pak Agung n fams buat sambutan n jamuannya, kami berasa berkunjung ke rumah sodara sendiri loh. :)

Sayang rasanya kalo cuma tugas dinas trus pulang lagi. Akhirnya kita putuskan untuk muter-muter keliling kota n berkunjung ke tempat wisata yang ada di sini. Sebenarnya, Tanjung Pinang yang masih bagian dari pulau Bintan n sekarang jadi ibukota provinsi Kepri ini punya stok pantai eksotis n ciamik buat dikunjungi, diantaranya Pantai Trikora n Lagoi. Tapi karena waktu udah terlalu sore, n ngerasa berdosa kalo gak ngajakin keluarga juga kesana, akhirnya kita memutuskan untuk singgah sejenak ke Pulau Penyengat saja. (Nb: Dua pantai itu  udah di book-marked buat edisi jelajah tahun depan atau buat target hanimun :P)

Untuk mencapai pulau yang bersejarah bagi masyarakat Kepri ini, kami mesti menggunakan transportasi laut dari pelabuhan utama. Kalo di Indonesia umumnya bernama sampan, di sini lebih beken dengan nama Pongpong *semacam odong2 kalo di dunia angkot mah*. Tarifnya cuma 5000 perak per sekali jalan.Pulau yang berukuran kurang lebih hanya 2.500 x 750 ini jaraknya kurang lebih 6km dari Tanjung Pinang. Tapi gak nyampe 15 menit juga udah nyampe kok. Iya sih kayaknya sebentar, tapi ternyata pas di atas Pongpong berasa lama banget, makin memacu adrenalin kalo si Pongpong pas papasan ama kapal gede... Eaaaa...ombaknya itu lho yang bikin seru2 ngeri gimanaa gitu.


Kaget waktu menginjakkan kaki lagi ke Penyengat. Karena masih musim liburan, di dalam pulau ini jadi rame banget dengan penjaja makanan,minuman,mainan, hingga souvenir2. Belum lagi, spanduk-spanduk tokoh masyarakatnya bikin jadi tambah semrawut. Ayok ah pemerintah setempat... ditata lagi ini aset wisata sejarahnya :P.

Yang jadi obyek wisata utamanya yaitu Masjid Raya Sultan Riau atau lebih dikenal dengan Masjid Penyengat. Sedikit cerita, yang menarik dari masjid ini adalah digunakannya putih telur sebagai campuran semen untuk dinding masjid. Mesjid ini di bangun pada tahun 1832 pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdul Rahman, pembangunan mesjid ini dilakukan secara bergotong royong oleh semua masyarakat penyengat pada masa itu. Warna kuning yang mendominasi bagian bangunan masjid merupakan ikon warna asli Riau, menyimbolkan keemasan-kejayaan. Sedangkan warna hijau merupakan simbol dari kesuburan. 

Selain masjid Penyengat, di pulau yang udah mulai banyak penduduknya ini juga tersimpan peninggalan balai adat dan makam - makam Raja Riau, salah satunya makan Raja Ali Haji yang terkenal dengan syair Gurindam 12 nya yang mendunia itu. Nah kalau mau berziarah atau sekedar muter-muter pulau, kita bisa pake jasa sewa ojeg becak di sini. Tapi karena udah terlalu sore, kami memutuskan untuk  berkeliaran di sekitar masjid saja sambil icip2 kuliner yang dijajakan di sini. 



Sebelum beranjak dari Pulau Tanjung Pinang ini, jangan lupa untuk membeli buah tangan panganan khas dari sini, apalagi kalo bukan otak -otak (ikan, cumi or udang) n aneka keripik (Singkong,pisang,bayam,dll). Para pedagang ini udah mulai bertebaran di sekitar pelabuhan utama Tanjung Pinang. Harga otak-otaknya mulai dari Rp.500,-/buah, n keripik2nya mulai dari Rp.15.000,-an per bungkus (kisaran 1/2 kg).  

Menjelang magrib, akhirnya kami sampai kembali ke Pulau Batam,perjalanan singkat yang menyenangkan. Sembari menyusuri perjalanan menuju rumah kembali dengan syukur nikmat tak terkira, moga di lain kesempatan bisa berbagi kisah perjalanan dengan tempat jajahan baru :).


*proyeknya cepet dikelarin yah Jaja'* NTMS.
_____________________________________________________________
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihatlah kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia
Sangat memeliharakan yang sia-sia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tidaklah jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalam dunia mengambil bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai
Lihatlah pada ketika bercampur dengan orang ramai
- Gurindam pasal 5-